Rumah Adat Banten
Nah, di kesempatan kali ini kami akan mengulas tentang keunikan rumah
adat Banten tersebut lengkap dengan penjelasan seputar gaya arsitektur,
nilai filosofis, gambar, dan ciri khasnya. Bagi Anda yang tertarik
mengulik sisi unik rumah adat ini, silakan simak pembahasan berikut!
Baca Juga:
Mengenal Sejarah Tari Saman, Tari Asal Aceh
1. Struktur Rumah Adat
Ditinjau dari struktur bangunannya, rumah adat
Banten ini secara keseluruhan dibuat dari bahan material yang berasal
dari alam. Bambu menjadi bahan utama dalam proses pendirian rumah adat
ini, sementara batu, kayu, dan ijuk menjadi pelengkapnya.
Batu digunakan sebagai alas pondasi. Batu yang digunakan
adalah batu datar yang berukuran besar sehingga dapat dipendam di dalam
tanah. Batu yang biasanya diperoleh dari kali ini digunakan untuk
mencegah tiang rumah cepat melapuk. Untuk diketahui, kayu tiang rumah
akan mudah keropos bila langsung bersentuhan dengan tanah.
Pemasangan pondasi pada rumah adat Banten
tidak dilakukan dengan merusak struktur tanah. Bila tanah tempat
dibangunnya rumah memiliki kontur miring, maka pondasi pun menyesuaikan.
Hal inilah yang membuat kemudian tinggi tiang penyangga rumah tidak
bisa disamakan.
Tiang rumah sendiri berasal dari balok kayu berukuran besar.
Kayu yang digunakan untuk tiang harus kayu yang kuat dan tahan lama
seperti kayu jati, mahoni, atau kayu akasia. Kayu yang kuat pada tiang
sangat diperlukan untuk ketahanan rumah karena tiang merupakan tempat
menopangnya rangka atap sekaligus rangka lantai.
Untuk dinding, rumah adat ini umumnya menggunakan anyaman bambu yang
disebut bilik. Penggunaan bilik memberikan kesejukan bagi penghuni rumah
karena sirkulasi udara dapat dengan mudah masuk dan keluar lewat celah
anyaman. Inilah yang menyebabkan mengapa rumah adat Banten ini tidak
memiliki jendela. Sementara untuk lantai, digunakan bilah-bilah papan
yang disusun sejajar atau bambu yang sudah dibuat menjadi datar
(palupuh).
Bagian atap rumah ini menggunakan bilah bambu dan ijuk.
Bilah bambu digunakan sebagai kerangka atap, sementara ijuk digunakan
sebagai atapnya. Ijuk juga dapat diganti dengan bahan daun alang-alang
yang telah dianyam.
2. Pembagian Ruangan
Rumah adat Sulah Nyanda dari dulu hingga kini masih digunakan sebagai
desain utama hunian bagi masyarakat suku Baduy di Banten Barat. Untuk
menunjang fungsi ini, rumah khas Banten tersebut dibagi menjadi beberapa
ruangan, yaitu sosoro (depan), tepas (tengah), dan ipah (belakang).
- Sosoro terletak di bagian depan rumah. Dalam bahasa Indonesia dapat pula disebut teras. Bagian ini digunakan untuk menerima tamu, tempat bersantai, sekaligus tempat beraktivitas para perempuan saat pagi hari, misalnya menenun.
- Tepas. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan keluarga, kenduri, bersantai, dan tidur di malam hari.
- Ipah. Ruangan ini terletak di belakang dan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan persediaan makanan sekaligus tempat memasak.
Baca Juga:
Tari Saman ( Sejarah , Makna dan fungsi , Gerakan , Kostum )
Searches related to Tanean Lanjhang
- filosofi tanean lanjang
- konsep tanean lanjeng
- tanean lanjhang madura
- rumah adat madura adalah
- senjata adat madura
- alat musik adat madura
- manfaat rumah adat madura
- pakaian adat madura adalah