Tarian tradisional masyarakat Batak Toba disebut dengan
tortor. Secara harafiah, tortor dalam bahasa Batak berarti tari atau
tarian. Sedangkan aktivitas menari disebut manortor.
Konon, kata tortor berasal dari 'tor-tor', bunyi hentakan kaki penari di
lantai papan rumah adat Batak. Meskipun belum ada informasti detail
kapan tradisi tortor mulak dipraktekkan dalam masyarakat Batak, namun
para seniman dan praktisi tari percaya bahwa sejarah tortor sangat
terkait dengan upacara-upacara ritual Batak.
Seorang pecinta dan praktisi tortor, Togarma
Naibaho, menyatakan pendapat yang sama bahwa tor-tor berasal dari suara
hentakan kaki penari di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak
dengan iringan gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini
dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi.
Tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui," kata pendiri
Sanggar Budaya Batak, Gorga, itu kepada National Geographic Indonesia.
Menurut sumber-sumber sejarah, tortor awalnya
memang dilakukan saat acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh
dipanggil dan 'masuk' ke patung-patung batu yang merupakan simbol
leluhur. Patung tersebut lalu bergerak seperti menari. Tarian ini
akhirnya bertransformasi seiring waktu hingga ke wilayah perkotaan.
Namun dalam dalam konteks modern, tortor bukan lagi ritual, melainkan
sudah hiburan semata.
Sesungguhnya, banyak jenis tortor yang dikenal
dan dipraktekkan dalam kebudayaan Batak. Ada tortor pangurason (tari
pembersihan), yang biasanya digelar pada pesta besar. Sebelum pesta
dimulai, tempat dan lokasi terlebih dahulu dibersihkan agar jauh dari
mara bahaya. Pada pembersihan inilah digelar tortor pangurason dengan
menggunakan jerut purut.
Kemudian ada tortor Sipitu Cawan (Tari tujuh
cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari
ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di
puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sarung
(pisau tujuh sarung). Kemudian tortor Tunggal Panaluan, yang biasanya
digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka tunggal panaluan
ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk mengatasi musibah
dimaksud. Lalu Tortor Sigale-gale yang dilakonkan sebuah patung kayu
yang menggambarkan rasa cinta seorang raja terhadap anak tunggalnya yang
meninggal akibat penyakit.
Dalam setiap jenis-jenis tortor itu, ada tiga
pesan utama yang ingin disampaikan. Pertama, takut dan taat pada Tuhan
pencipta alam. Itulah sebabnya, sebelum tari dimulai, harus ada musik
persembahan pada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, pesan ritual untuk
penghormatan leluhur dan orang-orang yang masih hidup. Terakhir, pesan
untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara.
Durasi tortor bervariasi, mulai dari tiga
hingga sepuluh menit. Pada masyarakat Batak, hal ini tergantung
permintaan rombongan atau kelompok yang ingin menyampaikan sesuatu hal
ke rombongan lain. Dimintalah gondang (musik) terlebih dahulu sebelum
memulai suatu acara atau pelaksanaan adat. Di zaman modern, meski tortor
sudah hiburan semata, namun acara atau pesta adat baik pernikahan dan
pemakaman, masyarakat Batak selalu mengggelar tortor. Pesta atau acara
adat yang tidak diiringi tortor akan terasa kurang terhormat dan bisa
menjadi pergunjingan.
Sebagaimana lazimnya tarian dari kebudayaan
lain, maka tortor juga selalu diiringi gondang. Tidak ada tortor tanpa
gondang. Dalam prakteknya, sebelum tortor dimulai, pihak yang ingin
menari selalu terlebih melakukan acara khusus meminta musik yang disebut
tua ni gondang. Permintaan ini juga disampaikan dengan bahasa santun
berupa umpasa (pantun Batak). Setelahh gondang diminta, barulah acara
manortor dimulai.
Jenis permintaan musik (gondang) yang akan
dibunyikan umumnya diawali dengan penghormatan kepada dewa dan pada
ro-roh leluhur, lalu gondang untuk keluarga yang mengadakan acara diberi
keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, rezeki, dan upacara adat itu.
Dan terakhir gondang untuk berkat bagi tuan rumah (penyelenggara pesta
atau upacara) dan seluruh keluarga dan para undangan.
Dalam manortor, setiap penari memakai ulos.
Ada beberapa pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti
tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas. Jika
itu dilakukan, si penari dianggap arogan dan tidak hormat kepada segenap
hadirin. Konon, zaman dulu, jika ada penari melanggar larangan itu, ia
dianggap menantang ilmu perdukunan dan kebatinan.
Baca Juga:
Sejarah, Gerakan, Penjelasan Tari Legong Asal Bali
Alat musik yang digunakan adalah ogung
sabangunan yang terdiri dari 4 ogung, dan lazim dilengkapi dengan alat
musik bernama hesek, taganing dan sarune. Dalam manorotor, tahapan
gondang (musik) yang diminta adalah gondang mula-mula, gondang domba, gondang mangaliat, gondang smonang-monang, gondang sibungajambu, gondang marhusip, dan seterusnya yang diakhiri dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio.
Secara garis besar, terdapat empat gerakan
dalam tortor. Pertama adalah Pangurdot, gerakan yang dilakukan kaki,
tumit sampai bahu. Kedua adalah Pangeal, merupakan gerakan yang
dilakukan pinggang, tulang punggung sampai bahu/sasap. Ketiga adalah
Pandenggal, yakni gerakan tangan, telapak tangan dan jari-jarinya.
Gerakan keempat adalah Siangkupna yakni menggerakan bagian leher.
Dalam acara tortor biasanya harus ada orang
yang menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara (peminta
gondang) yang berkemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan
kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang.
Searches related to Tari Tor Tor Batak
- download video tari tor tor
- gerakan tari tor tor
- pengertian tari tor tor dan asal usulnya
- video tari tor tor sumatera utara
- download video tari tor tor mp4
- download video tari batak
- video tari tor tor batak toba
- sejarah tari tor tor