Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Sendratari Calon Arang, Kesenian Tradisional Dari Bali


Cintaindonesia.web.id - Calon Arang merupakan sebuah cerita rakyat yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Dalam tradisi Jawa, embrio kisah tersebut tertulis didalam naskah lontar bertarikh 1540 M, dengan kode naskah LOR 5387/5279, dan berangka tahun saka 1462, sampai saat ini, naskah tersebut masih tersimpan apik di perpustakaan nasional. Sementara didalam tradisi Bali, kisah calon arang ini dipertahankan dalam grubug atau geguritan, yakni tradisi lisan yang dihidupkan dengan cara dari mulut ke mulut atau didalam tataran akademis disebut folk literature. Dalam periode kekinian, cerita Calon Arang merupakan sebuah cerita rakyat yang paling banyak dikisahkan kembali didalam berbagai genre, seperti novel, drama, sendratari, komik, bahkan film animasi.

Embrio kisah calon arang yang tertulis didalam lontar dan dipertahankan didalam tradisi lisan, secara terang-terangan mengutuk Calon Arang sebagai sosok seorang janda jahat tukang teluh. Diceritakan di sebuah desa yang terpencil bernama Girah hidup seorang janda yang bernama Calon Arang. Ia mempunyai anak perempuan yang sangat cantik, yaiitu bernama Ratna Manggali. Berkat kecantikannya itulah, Ratna Manggali berhasil memikat para pemuda desa, namun sayang mereka tidak berani meminang lantaran ibunya yang bernama Calon Arang dikenal sebagai janda jahat dan suka menebar teluh.

Dari anggapan warga Desa Girah itulah munculah label yang dilekatkan bahwa Ratna Manggali ini sebagai perempuan yang tidak laku. Mendengar gunjingan itu, kemudian Calon Arang marah dan meneluh semua warga Desa Girah. Raja Airlangga kemudian turun tangan dan lalu memerintahkan Mpu Baradah untuk menghabisi Calon Arang yang telah dianggap sebagai biang keladi dari kekacauan yang telah terjadi di Desa Girah. Calon Arang pun mati ditangan Mpu Baradah setelah sempat moksa dan juga menjelma durga.

Munculnya berbagai macam genre yang mengisahkan kembali cerita dari Calon Arang, kemudian melahirkan berbagai tafsir baru tentang sosok Calon Arang ini. Sendratari Calon Arang contohnya, garapan tari kreasi yang dapat dipentaskan dengan latar budaya Bali ini memunculkan skemata dari calon arang yang berbeda dengan apa yang telah diceritakan ddialam embrio kisah tersebut.

Lahirnya berbagai bentuk tafsir tentang sosok dari Calon Arang yang diadopsi ke dalam berbagai macam pementasan tari kreasi tidak lepas dari struktur masyarakat Bali yang lentur didalam memandang seni tradisi. Tidak mengherankan bila sosok Calon Arang ini mengalami jungkir balik imaji, dari tokoh yang antagonis menjadi simbol perlawanan kaum perempuan. Pada sendratari dengan latar budaya Bali, Calon Arang ini menemukan bentuknya yang baru, tidak lagi menjadi korban dan juga dikorbankan. Saat ini, Calon Arang merupakan simbol kekuasaan dari perempuan walau tanpa mahkota.

Pertunjukan Sendratari Calon Arang

Sebagai garapan kreasi, sendratari Calon Arang ini tidak lepas dari esensi tarian Bali dengan gerakannya yang luwes tetapi bertenaga. Dipadukan dengan pakaian tradisional khas Bali yang telah dimodifikasi lengkap dengan balutan kain batik bercorak Bali pada bagian bawahnya. Tata rias dibuat untuk mempertegas garis-garis muka sehingga akan nampak seperti tata rias karakter. Tidak jarang, para penari mengeluarkan sledet sebagai bentuk khas dari tarian Bali. Sementara itu musik yang mengiringi kesenian ini berasal dari suara gamelan Bali yang dipadukan dengan berbagai macam alat musik modern lainnya. Untuk menambah unsur dramatis, yaitu ketika moksa, Calon Arang akan menggunakan topeng yang berwujud leak dengan kuku-kukunya yang panjang menjuntai.

Sendratari Calon Arang ini lebih dari sekadar garapan kreasi. Didalamnya terkandung sebuah counter culture para kaum perempuan yang selama ini teropresi oleh filsafat maskulinisme. Calon Arang ditangan seniman Bali tidak melulu menjadi sesuatu yang sakral dan juga ajeg, tetapi juga dapat sebagai tontonan bersifat profan serta menghibur. Tidak lengkap rasanya jika ke Pulau Bali belum menyaksikan sendratari yang mengangkat kembali cerita rakyat didalam tradisi lisan ini.



Patut Kamu Baca:

Post a Comment